Pada suatu hari, Sagrip bermimpi Peri cantik bersayap
kupu-kupu dan bercahaya seluruh tubuhnya datang lalu memberinya sebuah kotak
kayu.
"Kotak ajaib?" tanya Sagrip.
Peri itu mengedipkan satu matanya.
"Kau terlalu mabuk dan tak
mengerti," kata Si Peri sambil tersenyum manis sekali saat Sagrip bertanya
tentang isi kotak itu pula.
"Kenapa bertanya tentang isinya?
Tentu saja isinya adalah sesuai dengan pengharapanmu. Kenapa tidak bertanya
saja tentang maksudku menitipkannya padamu?"
Sebelum Sagrip mengerti akan maksud
kata-katanya, Peri itu mengepakkan sayapnya dan menghilang begitu saja.
Saat kemudian terbangun dari tidurnya,
Sagrip terkejut mendapati sebuah kotak benar-benar telah tergeletak di bawah ranjangnya.
Sebuah kotak kayu yang asing dan tak pernah dilihatnya sebelum ini dan sebelum
mimpinya. Diangkatnya kotak itu, berat dan berisi, sementara otaknya masih
berputar-putar mengingat apakah di dalam mabuknya semalam dia menemukan itu di
jalan dan membawanya pulang? Apakah salah seorang teman mengerjainya? Karena
sama sekali dia tidak percaya dengan Peri. Apalagi Peri yang muncul dalam mimpi
di tidurnya setelah mabuk miras oplosan dan campuran kerat kecubung kering pada
cangkir kopi. Peri hanya ada dalam dongengan anak-anak!
Tapi toh jantungnya kemudian berdebar
ketika terdengar suara gemerincing dari dalamnya. Uangkah? Benda-benda berharga
seperti harta karun milik bajak laut? Koin emas atau perhiasan intan permata?
Apakah benar-benar Peri itu telah datang dan memberi kotak berisi barang-barang
berharga dalam khayalannya itu untuk membantunya?
Dia pengangguran yang luntang-lantung, istrinya
kabur membawa anak satu-satunya dan kini dia hidup sendiri di rumah
petak kecil dan setiap bulan harus membayar sewa kontrak sebesar 250 ribu
rupiah yang sudah ditunggaknya selama 4 bulan. Pendapatan sehari-harinya memang
tak menentu karena diperolehnya dari berbagi lahan parkir dan keberuntungan
dari berjudi dengan teman-temannya. Dia memang punya kebiasaan berjudi dengan dalih
mencari tambahan penghasilan walaupun pada kenyataannya dia lebih sering kalah.
Frustrasi, kebiasaan mabuknya semakin parah dan penghasilannya yang tidak
seberapa ikut melayang. Tentu saja hidupnya makin kacau dan akan sangat
terbantu jika kotak pemberian Peri itu memang berisi apa yang diinginkannya.
Dia memandangi kembali kotak di
tangannya. Otaknya yang masih belum terlalu terang akibat mabuk beratnya
semalam dan memang masih bersisa samar dan pusing menerka-nerka. Dalam keadaan
seperti itu, sulit untuk berkonsentrasi dan dia akhirnya memaki diri sendiri
karena tak tahu apa yang harus dilakukan. Terpikir membawanya pada tetangganya
untuk bertanya atau meminta bantuan untuk membukanya karena dia tak punya
perkakas, tapi otaknya melarang karena jika benar isinya barang-barang
berharga, tetangga itu akan menceritakannya kemana-mana lalu semua orang
berduyun-duyun datang kepadanya meminta sedekah. Jangkrik betul kalau seperti
itu. Jika benar ini berisi barang-barang berharga, akan dinikmatinya sendiri.
Dengan pemikiran itu, dia lalu beranjak
sempoyongan ke halaman belakang rumah. Seorang anak kecil yang sedang mencari
cacing tanah di bawah pepohon pisang tidak jauh dari sana menatapnya dengan
takjub dan Sagrip terpaksa mengusirnya dengan kasar. Anak itu lari tunggang
langgang ketakutan. Mudah-mudahan dia tidak melihat kotak yang dibawanya ini
sebagai sesuatu yang menarik perhatian, pikir Sagrip. Masa bodohlah. Yang
penting dia benar-benar ingin membuka kotak ini sekarang, sebelum ada lagi
orang yang melihat.
Diambilnya sebongkah batu sebesar
kepalanya sendiri, mengangkatnya dengan kedua tangan dan menghantamkannya ke
satu sisi kotak itu berkali-kali. Pada hantaman yang entah keberapa, gembok di
sisi kotak itu patah dan terlepas. Kotak itu sendiri terguling dan isinya
terburai. Mata Sagrip membelalak. Hatinya bersorak: Aku kaya! Kotak itu memang
kotak ajaib! Kotak harta karun! Peri bersayap itu memang benar-benar datang
membawa keberuntungan untuknya! Gelap mata, Sagrip meraup kepingan-kepingan
berharga yang berpencar dari kotak itu dan menciuminya, memasukkan semuanya ke
dalam kantong baju dan celana. Hatinya mulai berpikir untuk menyembah Peri itu
dan membuatkan patung sesembahan untuknya ....
Tetapi tiba-tiba banyak orang
berdatangan dan berteriak-teriak dengan kasar. Wajah-wajah mereka beringas dan
mengerikan. Beberapa langsung memegangi kedua lengan Sagrip dan seseorang
menggerayangi kantong-kantong baju dan celananya.
"Hei! Apa-apaan ini?! Jangkrik!
Kalian mau merampas? Orang-orang biadab! Kalian boleh miskin, tapi jangan
dijadikan alasan untuk merampas hak orang lain! Hei! Jangan ambil! Ini hartaku,
aku mendapatkannya dari Peri cantik! Tolong! Perampok!" Sagrip
menjerit-jerit tetapi roboh seketika saat seseorang meninju dagunya.
"Sudah mabuk, masih bisa mencuri
pula. Dasar preman!" maki yang meninju dagunya itu.
Sagrip sempat memaki pula walaupun
pusingnya bertambah dua belas kali lipat dan wajahnya terpaksa keras beradu
dengan tanah. Dia tak mampu bangkit lagi, tapi kepalanya tegak dan samar-samar
dapat dilihatnya kotak ajaib berisi hata karun pemberian Peri dalam mimpinya
itu tepat di depan batang hidungnya. Kotak itu telah jebol dan sisi yang tak
pernah dilihatnya sejak tadi justru kini menghadap ke arah wajahnya. Mata
mabuknya mencoba fokus dalam dua detik. Hanya dalam dua detik karena otak
mabuknya itu juga dapat berhitung. Ada tulisan di situ, tertera dengan huruf
yang tercetak tebal dan sangat jelas terbaca: MASJID BABUSSALAM.
Jangkrik!
Cigugur, 17 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar